Kita, anak muda yang hadir di sini, seringkali disapa dengan sebutan kaum millennials dan tidak sedikit dilekatkan dengan asosiasi sebagai anak medsos yang lebih suka menghabiskan waktu “bermain” gadget dan suka ngobrol hal-hal yang sulit dimengerti. Kita memang tidak pernah menyangkal, tetapi tentu kita tidak pernah terima kalau semua hal itu dikatakan sia-sia. Padahal di balik platform medsos yang kita ulik ada toko online yang mendatangkan uang saku. Di akhir ngobrol di tempat nongkrong, ada rencana proyek besar sedang menanti dieksekusi. Dan di dalam kamar kos, berbalut boxer atau pajama, kita sedang melayani klien-klien dari berbagai kota bahkan belahan dunia melalui email maupun aplikasi obrolan. Kita sedang mendefinisikan dunia kita.
Kita juga sedang mendefinisikan bisnis dan entrepreneurship dengan perspektif baru seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta menyongsong peradaban centennial. Bagi kita bisnis tidak lagi persoalan besaran modal atau sejumlah kepemilikan aset, melainan business model yang distinctive. Bagi kita, berbisnis tidak lagi tentang menyewa ruko dan mempekerjakan puluhan karyawan, tetapi cukup berkolaborasi dengan rekan lintas creative capital dan terhubung dengan komputasi awan. Bagi kita, pelanggan tidak lagi raja, tetapi rekan bicara yang didengarkan dan di-provide kebutuhannya melalui benefits dari produk yang ditawarkan. Kita berhenti berkompetisi, karena berkolaborasi jauh lebih menguntungkan dan menumbuhkan jati diri. Terlebih lagi, masing-masing bisnis yang ditawarkan adalah unik dengan segara hal-hal kebaruan yang menjaganya selalu relevan (novelty) dan selalu realistis untuk diwujudkan dalam bentuk apapun (attribute), dari produk hingga business culture.
Pada akhirnya, nilai tambah yang kita lekatkan pada keunikan business model yang membawa nyawa kebaruan dan wujudnya itu, adalah cara kita mendefinisikan bisnis hari ini. Adalah cara kita mendefinisikan brand yang menjelma sebagai jati diri bisnis dan tentang bagaimana kita, pelanggan dan semua yang terlibat dalam ekosistem tersebut mendefinisikan bisnis kita. Kita keluar dari perangkap promosi yang berisi tipu daya, dan kita sekaligus keluar dari pemahaman brand dalam ruang sempit logo dan slogan yang tidak jarang bersifat ornamentatif. Kita mamasuki ruang baru yang disebut promise dan purpose dalam bisnis dengan mengandalkan kualitas dan inovasi.
Begitulah kita, anak muda hari ini. Duduk, berbincang dan berkomunitas dalam usaha mendefinisikan diri, mengambil alih kontrol diri dan menyajikan konten baik, sebaik cita-cita kita menjadi entrepreneur yang siap dengan bisnisnya yang berkelanjutan. Demikianlah kita mendefinisikan #RebrandingBrand yang dimulai dengan mengubah mindset kita tentang bisnis dan entrepreneurship.
Nisaul Aulia