Pernah mendengar istilah “DIY Business”? Istilah ini biasanya melekat pada bisnis-bisnis yang memperjualbelikan produk buatan tangan (handmade) yang dikerjakan dan dipasarkan sendiri pada marketplace. Namun, hari ini, pengertian bisnis DIY telah meluas menjadi bisnis-bisnis yang proses bisnisnya dikerjakan sendiri oleh pemilik, kalaupun memiliki pegawai jumlahnya tidak banyak, dengan modal dan target revenue yang relatif kecil. Proses produksi, packaging, pemasaran hingga delivery ke konsumen misalnya, dilakukan secara mandiri oleh pelaku bisnis DIY. Tidak hanya bisnis berbasis produk, bidang jasa juga banyak yang dipilih menjadi bisnis DIY seperti kursus bahasa di rumah, travel and tour agent, juga jasa beli-titip.
Meluasnya bisnis DIY sebagai sebuah peluang yang menjanjikan tidak terlepas dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Membuka usaha tidak lagi bergantung pada kepemilikan aset, melainkan pada strategi dan model bisnis yang memiliki distinction yang kuat menjadi modal utama. Membuka usaha tidak lagi disibukkan dengan mencari ruang usaha di tempat strategis, tetapi melalui kekuatan platform media sosial, usaha bisa langsung dieksekusi dalam waktu singkat. Namun, sebagai sebuah bisnis, agar dapat mengoptimalkan peluang dan agar dapat dijalankan secara berkelanjutan, bisnis DIY juga membutuhkan perencanaan dan strategi yang matang.
To enter this arena you have to be AGILE.
Tangkas dalam memulai bisnis DIY adalah sebuah keharusan. Berikut beberapa langkah untuk mempersiapkan diri dalam memulai bisnis DIY.
A = Aware
Business doers mesti mampu melihat dan menyadari keadaan berbagai aspek yang berpengaruh kepada bisnisnya, seperti kemajuan teknologi, keadaan sosial politik dan ekonomi serta customer habit. Sensitivitas atas informasi-informasi ini akan sangat membantu dalam merencanakan dan menyusun strategi terbaik untuk bisnis DIY serta dapat memberi proyeksi yang lebih jernih.
G = Go for it.
Kemauan dan keberanian para business doers juga tidak kalah penting. Tekad dan kepercayaan diri dapat ditingkatkan dengan keberanian untuk memulai yang dibekali oleh perencanaan dan kemauan untuk terus mempelajari hal-hal baru secara berkelanjutan. Memulai pemasaran dan menawarkan produk atau jasa kepada konsumen, barangkali tidak akan langsung mendapatkan respon konsumen seperti yang diharapkan. Namun, inilah bagian terpenting yang perlu diperhatikan. mempelajari respon dan impresi konsumen akan membantu para business doers untuk melihat arah optimalisasi bisnis. Great vibe will definitely echo Greatness.
I = Intelligence
Pengetahuan berbisnis bisa didapatkan dari berbagai sumber. Business doers diharapkan untuk tidak berhenti mengumpulkan pengetahuan tentang bisnis agar mampu menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Pembelajaran tidak selalu dalam bentuk formal, membaca artikel, mempelajari pengalaman pebisnis lain, serta berdiskusi dan melakukan observasi akan memberi kontribusi berharga bagi pengetahuan bisnis para business doers.
L = Listen
Kemampuan mendengarkan keadaan pasar dan customer insight adalah hal terpenting dalam menjaga kualitas dan layanan bisnis. Salah satu yang menjadi ciri khas dalam bisnis DIY adalah personal engagement business doers dengan customers. Oleh karenanya, dengan mendengarkan kita semakin mampu meningkatkan performa bisnis dengan cepat dan terarah.
E = Execution
Do something to get something. Dengan modal di atas, bisnis DIY yang telah direncanakan dapat dieksekusi dan diaktivasi. Tetap fokus pada objective dan goal setting adalah cara terbaik dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan, di samping mempersiapkan diri untuk memberi sentuhan-sentuhan inovasi secara berkala agar bisnis senantiasa relevan.
Benedicta Anindya
*Artikel ini telah dipublikasikan pada situs basicludo.com, Agustus 2018
mainbrand.id