Recognizing the human reasons your business failed is the only way to prevent it from happening again
Setiap hari, bahkan mungkin setiap jam, selalu muncul usaha baru; bisnis baru. Kadang ada yang menawarkan bisnis dengan ide yang benar-benar baru (pada konteks market tertentu), kadang ada juga yang menawarkan bentuk pengembangan baru dari bisnis yang sudah ada, dan tidak sedikit pula yang ingin mendulang sukses yang sama dengan mengeksekusi bisnis serupa dengan yang lebih dulu memperlihatkan hasilnya. Yang jelas, ide baru dan eksekusi baru selalu bermunculan setiap saat. Dan ini adalah kabar yang sangat menggembirakan sekaligus menjadi spirit bagi kita untuk ikut andil dalam berbagai hal-hal ke-baru-an (bisnis) tersebut. Kita menjadi terpacu untuk menelurkan banyak gagasan agar dapat bermain dalam ranah passion yang kita tekuni itu.
Namun, ketika dilihat dari lain sisi, dari sekian banyak bisnis (rintisan) baru yang bermunculan, setelah melewati beberapa kurun waktu, berapakah persentase di antara bisnis tersebut yang benar-benar berkembang, benar-benar berjalan menuju kesuksesan, dan benar-benar bisa berjalan secara sustained? Melihat kenyataannya, tentu bisa dijawab bahwa tidak semua ide bisnis yang dieksekusi tersebut mampu meraih suksesnya seperti yang dibayangkan. Kenapa hal demikian bisa terjadi?
Jika diperhatikan lebih seksama, dapat ditemukan berbagai kesamaan dari mandeg-nya perjalanan bisnis ini, begitu juga dengan melajunya bisnis-bisnis lainnya menuju sukses, paling tidak bisa berjalan secara kontinu. “Satu-satunya penyebab kegagalan bisnis adalah missed management” barangkali kita sering mendengar pernyataan ini dan hal tersebut dapat kita temukan dalam berbagai kasus bisnis. Menjalankan bisnis berarti menjalankan sebuah sistem pengelolaan mulai dari produksi, distribusi, pemasaran, komunikasi, penjualan, keuangan dan berbagai struktur lain yang menjadi penentu baik-tidaknya perjalanan sebuah bisnis. Persoalan pengelolaan ini menjadi persoalan kunci yang dimulai dengan perencanaan; tepatnya sebuah perencanaan strategis. Selama bisnis terkelola dengan baik, tentu bisnis dapat berjalan dan terus menghasilkan.
Terkadang, ketika menemui terma-terma seputar perencanaan seperti business planning, blueprint, strategic planning dan beberapa istilah lainnya, pelaku bisnis terutama pelaku bisnis pemula, DIY business, micro scale business atau business by passion or hobby, sering kali beranggapan bahwa istilah-istilah tersebut diperuntukkan bagi bisnis skala besar, bermodal besar dan established. Benarkah demikian? Jangan-jangan kita hanya terjebak oleh istilah yang tampak megah sehingga merasa berjarak terhadap perencanaan (strategis) yang sebenarnya menjadi kunci dari berbagai permasalahan yang terjadi dan dialami berulang-ulang.
Mari kita lihat dan perhatikan beberapa hal yang dalam tulisan ini didefinisikan sebagai “masalah-masalah yang selalu terulang”, sembari kita menerka sudah berapa rekan atau kita sendiri terbentur dengan persoalan yang sama ketika menjalankan bisnis. Ditemukan beberapa hal yang paling sering dianggap sebagai sumber masalah ketika menghadapi benturan dan (bahkan) kegagalan bisnis.
- Competitor
Kompetitor menjadi momok utama bagi kebanyakan bisnis. Kompetitor dianggap faktor yang paling berperan dalam kegagalan bisnis karena menyediakan produk atau layanan serupa, dengan harga yang relatif sama dan menarget pasar yang sama. Persaingan tidak dapat dihindari sama sekali dalam bisnis apapun. Namun, dari sekian banyak bisnis yang gagal, justru ketika menaruh perhatian penuh terhadap kompetitor. Memberi perhatian lebih kepada kompetitor dengan alasan apapun, justru akan membesarkan kompetitor dan akan berdampak tidak baik terhadap bisnis sendiri.
Competitive advange atau biasa disebut dengan keunggulan kompetitif menjadi jawaban dalam mengatasi baku-hantam kompetisi dalam bisnis. Membuat bisnismu semakin relevan (terhadap pasar) adalah cara terbaik dalam membuat kompetitormu menjadi irelevan, begitu statement dari Aaker, salah seorang bapak Brand. Competitive Advantage ini tidak dapat ditemukan dengan sendirinya, melainkan dibangun dalam sebuah perencanaan. Outputnya berupa business distinction yaitu sebuah pembeda yang memiliki nilai tambah.
- Market & Engagament
Blaming the market adalah hal yang paling mudah dilakukan ketika menghadapi kendala-kendala dalam bisnis. Pasar yang tidak teredukasi dan teradvokasi, pasar yang tidak loyal, dan pasar yang sangat dinamis adalah beberapa contoh pernyataan yang menyalahkan pasar. Bisnis kadang terlalu egois karena berharap untuk dimengerti pasar. Ketika bisnis dikenalkan kepada target pasar, yang menjadi obyektif utamanya adalah “market engagement”. Tetapi pernahkah bisnis berpikir untuk melakukan “business engagement”? Yaitu sebuah kondisi ketika bisnis mencoba untuk membangun kultur yang kuat dalam memahami pasar melalui proses customer insight.
Customer insight dapat dioptimalkan bila perencanaan bisnis dapat membangun pemetaan dan segementasi pasar yang jelas. Pada metodologi Brand Intensive® pemetaan ini dikenal dengan istilah Key Market Circle yang terdiri dari existing market, potential market, dan general market. Dengan memetakan ini bisnis akan lebih spesifik menentukan teman bicara (untuk komunikasi) dan target pelayanan dan penjualan (sales).
- Capital
Bagaimana kita mendefinisikan modal? Tangible capital (aset dan finansial) merupakan hal utama yang dibahas ketika berbicara seputar modal. Modal awal yang kecil dan re-investasi adalah dua hal yang sering muncul sebagai tantangan dalam bisnis. Padahal, persoalan modal tidak terletak pada kuantitas atau besarannya, tetapi pada pengelolaan dalam bentuk budgeting dan forecasting dalam penyusunan perencanaan. Budgeting menyoal tentang pengelolaan pembiayaan dalam proses bisnis, sementara forecasting membahas tentang proyeksi-proyeksi pendapatan yang dapat dihasilkan bila proses bisnis berjalan sesuai rencana.
- Team & Business Partner
Sinergitas dan solidnya tim menjadi salah satu hal penting dalam menjaga kelangsungan bisnis yang kondusif. Tidak berbeda dengan kondisi market, blaming the team and your business partner adalah pernyataan-pernyataan yang sering kali muncul ketika menghadapi benturan dalam menjalankan bisnis. Tidak sedikit pelaku bisnis yang memperlakukan tim sebagai helping hand ketimbang bagian dari struktur berjalannya sebuah sistem bisnis. Pemetaan kebutuhan human resources, human capital dan mem-breakdown main objective bisnis menjadi obyektif-obyektif kecil dalam perencanaan, tentu akan sangat membantu dalam memetakan kebutuhan human resources dan pembagian peran dalam tim dan rekan bisnis.
- Key Business Resources
Seperti yang telah disinggung di atas, menjalankan bisnis berarti menjalankan sebuah sistem pengelolaan dan berlangsung terus menerus serta membentuk sebuah proses bisnis (siklus). Hal ini juga berarti mengelola keseimbangan peran dan kehadiran setiap key business resouces seperti supplier, vendor, dan penyedia-penyedia lainnya yang menentukan keberlangsungan proses bisnis secara berkesinambungan dan kontinu. Pemetaan yang matang terhadap key business resources sangat diperlukan dalam merencanakan sebuah bisnis, agar kontinuitas dan kesinambungannya dapat senantiasa terjaga.
- Branding & Marketing Communication
“Bisnisku butuh re-branding!”
Ada berapa banyak di antara pelaku bisnis memilih re-branding sebagai jalan keluar dari persoalan-persoalan yang dihadapi? Re-branding menjadi jurus pamungkas dalam mengatasi bahkan memangkas persoalan-persoalan tersebut. Tapi pernahkah kita mengukur bagaimana re-branding dapat menjadi solusi? Brand adalah bagaimana kita mendefinisikan bisnis kita. Tanpa brand, tentu proses (re-)branding tidak dapat berjalan dan tanpa memetakan serta mendefinisikan sebuah bisnis, mustahil kita dapat mentransformasikan bisnis menjadi sebuah brand.
Melihat beberapa kasus di atas, tampak bahwa perencanaan (strategis) adalah hal yang seharusnya bersahabat dengan pelaku bisnis. Kehadiran perencanaan tidak semata mengejar visi yang jauh, melainkan berperan dalam mengatasi masalah-masalah berulang yang menjadi konsumsi harian banyak pelaku bisnis. Perubahan pola pikir dan cara pandang terhadap perencanaan strategis dalam bisnis adalah hal pertama yang perlu dibangun dan dijaga secara berkesinambungan.
Nisaul Aulia